Muhammad : Lelaki Bangsa Arab




Muhammad bin Abdullah, seorang lelaki yang kisah-kisahnya selalu disampaikan oleh Abah ketika aku  masih kecil. Begitulah Abah, belasan tahun yang lalu beliau selalu mengajakku duduk berdua setelah mengaji.  Kami terbiasa berdua di malam hari dan Abah bercerita tentang Muhammad.  Setiap malam, hingga bintang-bintang seperti tersenyum melihat seorang anak kecil sepertiku diajari dengan penuh kasih tentang Muhammad bin Abdullah. Kebiasaan ini terjadi setiap harinya.  Malam berganti malam dan aku tidak pernah benar-benar  tahu dengan lelaki yang selalu diceritakan jalan hidupnya oleh Abahku itu.

Saat masih kecil, aku selalu membayangkan seperti apa wajah Muhammad bin Abdullah itu? Kadang aku membayangkan ia berwajah seperti Abah. Apa karena Abahku juga bernama Muhammad? Apa karena Abah juga rajin sembahyang? Entahlah, aku masih kecil. Namun pelan-pelan ketika aku mulai mengikuti kegiatan marhabanan di pesantren Roudloh yang digelar setiap malam Jum'at, aku kemudian sadar bahwa nama Muhammad sering disebut-sebut di sana dengan nyanyian.

“Kanjeng Nabi itu lelaki yang tangguh, anakku” ujarnya. Aku dengarkan setiap kata yang disampaikan Abah dengan kepolosan. Jujur saat itu aku sedikit  heran dengan alasan Abah meletakkan kata “Kanjeng” sebelum Muhammad. Belakangan saya tahu bahwa  “Kanjeng” adalah pengganti kata “Tuan” dalam tradisi Jawa. Maka waktu terus berjalan dan dalam lingkungan kejawaan yang kental, aku mulai akrab dengan nama Muhammad.

Salah satu kisah yang selalu saya ingat saat kecil dulu tentang Muhammad bin Abdullah adalah ketika Halimatus Sa’diyah, ibu susu Muhammad datang menemui Muhammad. Ia ketuk pintu rumah Rasulullah, aku membayangkan bagaimana perasaan seorang Halimah mendapati anak susunya ternyata menjadi seorang Nabi, menjadi panutan jutaan orang. Nabi akhirnya membukakan pintu, ia tersentak penuh bahagia. Sungguh  yang dilakukan oleh Muhamad kala itu sangat istimewa. Secepat mungkin ia lepaskan surban di kepalanya, ia bentangkan di atas kursi dan mempersilakan Halimah duduk.

Di akhir cerita Abah berkata “Bayangkan, apa yang kamu tangkap?”. Aku hanya terdiam tak berkata apa-apa, diamku melahirkan sunggingan senyum di bibir Abah. Tapi belasan tahun kemudian, aku baru memahami maksud Abah. Abah hendak berpesan “Bayangkan anakku, jika kepada Ibu susunya saja Rasulullah begitu memuliakan. Bagaimana kepada Ibu kandungnya?”. Subhanallah. Dialah Muhammad bin Abdullah, lelaki bangsa Arab yang kisah-kisah hidupnya kerap mengiringi malam-malamku menjelang tidur.

Ini hanya sekilas. Sehingga di usia ke 20 ini, setiap kali membaca sejarah hidup Nabi Muhammad dari berbagai literatur aku selalu terkenang dengan masa ketika aku dan Abah duduk berdua di malam hari. Ia menatapku dan bercerita dengan penuh semangat tentang lelaki tampan dari bangsa Arab. Lelaki yang ditinggal oleh Ayah dan Ibunya sejak kecil. Lelaki yang kemudian begitu dicintai oleh 1.5 miliar manusia di seantero dunia.

Muhammad bin Abdullah..
Seperti apakah aku merindukan wajahmu?
Kecuali hanya sebatas cerita-cerita yang disampaikan oleh Abahku saat aku kecil dulu.

Shollu Alaihi Wasallim..

-----
Tulisan ini saya persembahkan buat Ahmad Hikmi yang selalu mengajarkan saya untuk selalu mencintai Junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Seorang sahabat yang selalu membawa tasbih ke masjid. 

0 komentar:

Posting Komentar

http://albarnation.blogspot.com/2012/12/cara-membuat-slide-show-di-blog.html#ixzz2NQNHNucp